Ketika Sugesti Menjebak Otak
Setelah di-jawil pria di sebelahnya, wanita itu melepaskan seluruh perhiasannya, menguras isi dompet, dan dengan suka rela menyerahkan telepon genggamnya kepada lelaki itu. Saat si penjahat sudah pergi jauh, si wanita baru sadar ia telah tertipu. Orang pun bilang, Wanita itu dihipnotis.
Cerita yang banyak menghiasai media massa itu menimbulkan pertanyaan, kok bisa? Apa sebenarnya yang terjadi?
Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan kata hipnosis sebagai keadaan seperti tidur karena sugesti. Pada tahap awal, orang itu berada di bawah pengaruh si pemberi sugesti. Namun, pada tahap selanjutnya, orang itu menjadi tidak sadar sama sekali. Sedangkan kata hipnotis diartikan membuat orang dalam keadaan hipnosis.
Sceptics Dictionary menggarisbawahi tiga karakter seseorang dalam kondisi terhipnotis. Yaitu konsentrasi intensif, relaksasi luar biasa, dan kondisi tersugesti tinggi.
Hipnosis memiliki berbagai keragaman dan tidak paralel. Dalam arti, bisa dilaksanakan dalam kondisi, situasi, dan latar belakang tempat yang berbeda- beda. Dari panggung pertunjukan, rumah sakit, di dalam kelas, hingga kantor polisi.
Apa dan bagaimana hipnosis, belum diketahui. Tim Oxford Hypnotherapy mengatakan, mereka belum sependapat pada pemahaman dan cara kerja hipnosis. Begitu juga dengan pertanyaan di mana dan bagaimana kerja otak saat hipnosis.
Akhir 2005 para ahli neuroscience mulai sedikit menyingkap peran dan posisi otak ketika mengolah sugesti. Penelitian terakhir menunjukkan, ketika menerima sugesti, otak mengalami perubahan sangat besar ketika memproses informasi. Menurut para peneliti, sugesti yang disampaikan secara nyata mengubah kebenaran dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan diyakini seseorang.
Pengalaman baru dalam menggunakan otak sebagai media imajinasi menunjukkan bahwa seseorang yang sedang dalam kondisi terhipnotis bisa lupa, tidak tahu atau tidak mengenali berbagai benda sepele yang hampir setiap hari dijumpai. Atau membaca dengan tepat, namun merasa meracau.
Manipulasi persepsi
Michael I Posner, Guru Besar Bidang Neuroscience Universitas Oregon, menegaskan, gagasan utama terjadinya perubahan kerja otak saat mendapat sugesti adalah kenyataan bahwa pada dasarnya persepsi bisa dimanipulasi harapan (expectations). Tapi sekarang kami hampir mampu (mengungkap) mekanismenya, kata dia kepada harian AS, The New York Times.
Menurut Posner, salah satu area yang memungkinkan dimanipulasi adalah ketika otak memproses data dari panca-indra. Informasi dari mata, telinga, dan tubuh biasanya dibawa ke wilayah indra utama di dalam otak. Dari sini, dibawa lagi ke wilayah lebih tinggi yang disebut higher-region, tempat munculnya interpretasi.
Misalnya, sekuntum bunga tertangkap di mata. Oleh mata, gambaran itu diubah menjadi pola yang dikirim ke korteks visual utama. Di sini, gambaran tentang bunga dikenali dan disimpan. Pola selanjutnya dibawa ke tempat yang sedikit lebih tinggi untuk pengenalan warna. Di tempat yang lebih tinggi lagi, gambaran penuh bunga dan segala pengetahuan yang melekat padanya teridentifikasikan.
Diproses sama
Suara, sentuhan, dan informasi dari indra lain diproses dengan cara sama, dari area lebih rendah ke area lebih tinggi. Para peneliti menyebut direksi itu sebagai arus penyampaian data (feedforward). Yaitu, saat data mentah dari panca-indra dibawa ke sebagian dari otak untuk menciptakan kesan yang penuh kesadaran dan komprehensif.
Yang mengejutkan para peneliti adalah, jumlah lalu lintas balik yang disebut feedback, yaitu dari atas ke bawah, jauh lebih banyak, minimal 10 kali lipat. Menurut para peneliti, dengan adanya sirkuit feedback yang sangat luas ini berarti kesadaran, yaitu apa yang kita lihat, dengar, rasa, dan percaya didasarkan pada proses top-down. Karena itu, apa yang kita lihat belum tentu yang kita dapat.
Struktur top-down ini memberi cukup banyak penjelasan. Misalnya, jika konstruksi realitas terlalu banyak melibatkan proses top-down, maka berbagai kekuatan, seperti placebo (pil bohongan yang membuat merasa lebih baik), terapi bicara dan meditasi, akan masuk akal. Tetapi, jika bagian atas (top) cukup meyakinkan, maka bagian bawah terkesampingkan.
Sistem kerja otak itu, kata Posner, sekaligus menjelaskan cara kerja hipnosis. Karena, semua hal dalam hipnosis berkisar di antara menciptakan proses top-down tersebut. Hanya, proses ini dikemas dengan begitu hebat sehingga sugesti bisa diterima sebagai realitas.
Sebenarnya orang tidak perlu khawatir akan terkena hipnotis. Dr David Spiegel, psikiatris dari Universitas Stanford, mengatakan, orang dewasa yang bisa terhipnotis hanya 10-15 persen. Namun, sebaliknya, 80-85 persen anak di bawah umur 12 tahun akan sangat mudah terhipnotis karena sirkuit top-down mereka belum matang.
Baik Spiegel, Posner, maupun psikiatris Universitas Indonesia (UI) dr Sylvia Detri Elvira mengatakan, hipnosis hanya bisa dilakukan jika ada persetujuan dari si subyek. Jadi, harus ada rasa percaya, kalau rasa percaya itu tidak ada, hipnosis akan gagal, kata dr Sylvia.
Namun, persetujuan juga bisa terjadi saat si subyek dalam keadaan kosong atau justru sedang tertarik pada si pelaku hipnotis.
Selasa, 23 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar